http://www.wga.hu/art/r/raphael/5roma/4/5jacob.jpgAbraham, Ishak dan Yakub adalah nama-nama yang cukup populer dalam Perjanjian Pertama. Pentingnya mereka sebenarnya bukan karena karakter pribadi yang mereka miliki tetapi pada karakter Allah yang mewarnai kehidupan mereka. Dalam kisah-kisah hidup mereka memang dicatat betapa mereka menikmati kebanggaan-kebanggaan tertentu atas apa yang mereka miliki. Tetapi mereka pun dicatat sebagai orang-orang yang mampu berdusta, menipu dan kadang sangat mementingkan diri sendiri. Mereka tidak sepenuhnya menjadi pahlawan keteladanan seperti yang sering kita duga. Mereka sama seperti kita, berupaya untuk menyenangkan Allah, tetapi acapkali juga gagal.
Yakub adalah generasi ketiga dari rencana besar Allah dalam membangun sebuah bangsa yang bermula dari Abraham. Sebelum Yakub lahir, dikatakan bahwa rencana-Nya akan dilangsungkan melalui Yakub dan bukan saudara kembarnya Esau. Meskipun cara-cara yang dilakukan Yakub tidak sepenuhnya terhormat tetapi keahliannya, kesabarannya, semangatnya patut diperhitungkan. Saat kita ikuti kisah hidupnya semenjak lahir hingga meninggal, sedikit banyak kita dapat melihat karya-karya Allah nyata di dalamnya.
Kehidupan Yakub memiliki empat tahap. Setiap tahapan ditandai dengan perjumpaan pribadinya dengan Allah. Pada tahap pertama kehidupannya, Yakub menghidupi kehidupannya sesuai dengan nama yang disandangnya yang berarti “dia yang menyentuh tumit” secara figuratif bermakna “menipu”. Yakub meraih tumit Esau saat lahir dan saat ia meninggalkan rumah, ia juga telah merenggut hak kesulungan dan berkat-berkat yang ditujukkan untuk Esau. Dalam pelariannya, Allah berjumpa dengannya. Dalam perjumpaan ini Yakub mendapatkan pemaknaan yang dalam berkaitan dengan bagaimana hubungannya dengan Allah. Dalam tahap kedua kehidupannya Yakub merasakan yang sebaliknya. Laban menipu dan memanipulasi dirinya. Tetapi ada perubahan dalam diri Yakub. Kalau ia tidak berubah, tentu ia akan meninggalkan Laban, tetapi dalam tahap ini, Yakub bersabar untuk menunggu selama enam tahun untuk kemudian pergi. Dalam tahap ketiga, Yakub menjalankan perannya sebagai “orang yang bergumul dengan tekadnya”. Di sisi sungai Yordan, Yakub memegang Allah dengan kuatnya dan tidak mau melepaskan pegangannya. Yakub menyadari betapa pentingnya berpegang pada Allah yang selalu memberkahinya dengan segala yang baik. Hubungannya dengan Allah menjadi hal yang terpenting dalam kehidupannya, dan namanya berganti menjadi Israel, artinya “dia yang bergumul dengan Allah”. Pada tahap akhir kehidupannya, Yakub direngkuh oleh Allah. Dalam menanggapi undangan anaknya Yusuf untuk datang ke Mesir, Yakub tidak mau beranjak sebelum mendapatkan persetujuan dari Allah.
Apakah ada suatu waktu di mana Allah memperkenalkan diri-Nya kepada anda? Apakah anda membiarkan diri anda dijumpai oleh Allah saat membaca dan mendalami Firman-Nya? Pengalaman-pengalaman rohani yang sedemikan memberikan dampak yang seperti apa di dalam kehidupan anda? Apakah anda seperti Yakub muda, memaksa Allah untuk menempatkan anda di “gurun kesalahan pilihan anda sendiri”, atau anda seperti Yakub yang bersedia untuk meletakan keinginan dan rencana-rencana anda di hadapan Allah untuk mendapatkan persetujuan-Nya sebelum mengambil langkah-langkah tindakan?
(Kisah Yakub dicatat dalam Kejadian 25-50, dia juga disinggung dalam Hosea 12:2-5, Matius 1:2; 22:32; Kisah Para Rasul 3:13, 7:46; Roma 9:11-13; 11:26; Ibrani 11:9, 20, 21)
(Disadur dari L1fe Application B1ble)