• Bapa Gereja

  • Keluarga

  • Khotbah

  • Renungan

  • Cerita SM

  • Perpustakaan

  • Artikel

Hal Memberi Sedekah (Matius 6:1-4)

Hal Memberi Sedekah
Matius 6:1-4

Banyak orang berbondong-bondong melakukan kebaikan dan berbondong-bondong pula orang-orang miskin berusaha untuk mendapatkan kebaikan. Sehingga muncul penderma dan juga pengemis dimana-mana. Saya sering miris dimana orang-orang miskin berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan sembako murah, uang beberapa ribu saja. Saat ini benyak kita saksikan hal-hal seperti ini. Namun kalau kita teliti sebenarnya apa yang melatarbelakangi mereka untuk bersedekah? Apakah untuk Tuhan? Atau untuk kepentingan sendiri?
Dalam pasal sebelum ini Yesus memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menghadapi berbagai pengajaran dan pendapat yang rusak dari para Ahli Taurat dan orang Farisi, terutama penjelasan mereka mengenai hukum Taurat. Dalam teks yang kita baca Yesus secara lebih detil lagi mengajar tentang satu hal yang penting untuk menghadapi pengajaran yang salah dari ahli Taurat dan orang Farisi yaitu mengenai hal memberi sedekah. Teks ini sama sekali tidak dikutip oleh Injil Lukas, Markus dan Yohanes. Hal ini dikarenakan Matius menulis Injil Matius ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang mengerti benar mengenai hokum Taurat. Dalam teks ini ada dua hal yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sehubungan dengan memberi sedekah:

1. Motivasi dalam memberi sedekah
Ayat pembukaan dalam ayat Matius 6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Teks ini mengawali seluruh ayat dari ayat 1-18. Kata “prosete” yang berarti berhati-hatilah memperingatkan pembaca untuk menghindari menunjukkan kebaikan mereka dihadapan orang lain dengan sengaja supaya dihargai.
Kalimat “jangan melakukan kewajiban agamamu” dalam bahaya Yunani menggunakan kata “didasko” yang berarti kebajikan atau kebaikan sehingga lebih tepat diterjemahkan “berhati-hatilah jangan melakukan kebaikan dihadapan orang….” Kata “didasko” ini dimengerti dalam aspek yang luas sebagai 3 pilar kekudusan orang Yahudi yaitu memberi sedekah, berdoa, dan berpuasa. Beberapa penafsir menghubungkan kata “kebaikan” atau “didasko” dalam hal ini berhubungan erat dengan tiga bagian yaitu ayat 2-4 (“jadi apabila…sedekah”, 5-6 (“dan apanila kamu berdoa”), dan 16-18 (“dan apabila kamu berpuasa”) tiga bagian ini berhubungan erat dengan teks perjanjian Lama yang disebut “shema” bangsa Israel didalam Ulangan 6:4-5 4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu (berdoa) dan dengan segenap jiwamu (berpuasa) dan dengan segenap kekuatanmu (bersedekah)
Kata “dihadapan orang supaya dilihat mereka” juga Nampak dalam ayat 5 (“supaya mereka dilihat orang”), ayat 16 (“supaya orang melihat”) semua orang yang melakukan hal-hal tersebut yaitu berpuasa, berdoa dan memberi sedekah supaya dilhat orang lain disebut “munafik” didalam ayat 2, 5, dan 16. Matius menggambarkan orang munafik ini adalah sebagai orang Farisi. Hal ini Nampak di dalam pasal 23:2-5 2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang;
Bagi orang-orang yang melakukan sedekah, berpuasa dan berdoa hanya untuk dilihat orang lain maka dikatakan “6:1 kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Dalam ayat 2 tertulis Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu,” kata “mencanangkan hal itu” dalam bahasa Indonesia sehari-hari “janganlah menggembar-gemborkan” dalam bahasa Yunani = salpi,sh|j (salpiso/trompet) bahasa inggris “do not sound a trumpet before you” sehingga diterjemahkan “jangan meniupkan trompet dihadapanmu” sungguh berbeda dengan terjemahan bahasa Indonesia.
Tradisi meniup trompet adalah merupakan salah satu kebiasaan orang Yahudi ketika ada acara pemberian penghargaan besar, dan untuk menarik perhatian banyak orang atau untuk memotivasi orang melakukan kebaikan supaya mendapatkan penghargaan juga. Mereka inilah yang disebut sebagai orang-orang munafik. Kata munafik menggunakan kata Yunani “`hupokritai.” Hupokritai yang berbicara mengenai suatu tindakan yang bertujuan untuk memuliakan diri sendiri. Orang-orang ini melakukan perbuatannya di jalan-jalan dan di rumah ibadah dimana banyak orang disana. Kata hipokritai juga dapat berarti actor atau orang yang suka berpura-pura. Matius mensejajarkan teks ini dengan Yes 29:13 sama dengan Mat 15:8. Kata munafik selain muncul dalam ayat 2, 5, 16 juga muncul dalam 7:5; 15:7; 22:18; 24:51. Bahkan secara khusus muncul dalam pasal 23 yang langsung menyerang orang-orang Farisis di dalam ayat 23, 13, 15, 23, 25, 27, 29.
Peringatan untuk tidak menjadi orang munafik ini mendapat penekanan dalam ayat 2, 5, dan 16 untuk tidak melakukannya dalam hal memberi sedekah, berdoa dan berpuasa. Hal ini Nampak karena dalam tiga ayat ini Yesus berkata “”Aku berkata kepadamu” Dari penjelasan di atas apa yang harus kita pelajari? Memberi adalah perintah Tuhan. Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk menjadi terang dan garam dunia. Hal tersebut jelas tertulis dalam 5:13-16. Kita anak-anak Tuhan harus menjadi berkat bagi sesama. Matius 10:42 Dan barang siapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya." Yesus mengatakan bahwa pengikut Yesus adalah pengikut yang memberi, walaupun hanya secangkir air sejuk kepada seorang anak kecil.
Matius 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” Yesus mengajarkan ketika melayani orang lain yang kekurangan itu sama saja dengan melayani dia. Yesus tidak bicara besarnya pemberian namun bicara motivasi dalam memberi. Inilah makana dari teks ini.
Tidak semua orang suka memberi, kalaupun ada yang memberi tidak banyak yang memberi dengan tulus. Perkataan dalam ayat Matius 6:3-4 3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi…. Ini menunjukkan suatu sikap rendah hati dalam memberi bahkan dalam hal berdoa dan berpuasa karena frasa ini juga Nampak dalam ayat 6, 18. Sangat kontras dengan larangan ayat kedua yang memberi dengan meniup teerompet dan dengan ayat tiga yang ketika tangan kanan member tangan kiri tidak boleh mengetahui bahkan harus dilakukan secara tersembunyi.

2. Upah yang diterima
Dalam teks yang kita baca selain berbicara mengenai motivasi juga berbicara mengenai upah dalam memberi sedekah. Bagi orang-orang yang munafik ini Yesus berkata dalam Matius 6:1 kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” Hal ini untuk mengkontraskan dengan ayat 2, 5, 16 dimana bagi orang yang tidak munafik dalam hal memberi, berdoa dan berpuasa mereka ini “Matthew 6:2 Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya setiap perbuatan kita ada upahnya ada konsekwensinya, ada perhitungannya. Namun jangan di salahartikan bahwa kalau memberi uang maka dapat uang, member pakaian maka mendapatkan pakaian. Upah pasti ada namun waktu dan bentuk upah tersebut tidak bisa dirumuskan oleh manusia namun sepenuhnya bergantung pada kehendak bapa di sorga. Dalam ayat 4 tertulis Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Ayat ini sebenarnya sudah sangat jelas. Ada dua hal yang pasti dilakukan oleh Bapa di Sorga sehubungan dengan perbuatan baik yang dilakukan:

a. Pasti melihat.
Allah kita maha kuasa,maka tidak ada satupun yang Allah tidak tahu. Kita tidak bisa mengelabuhi Allah, kita tidak bisa menipu Allah, ketika kita melakukan kebaikan maka Allah tahu dengan pasti motivasi kita dari tempat yang tersembunyi. Jadi karena itulah maka Yesus melarang orang untuk melakukan kebaikan secara munafik untuk memuliakan diri sendiri karena sebenarnya kita hidup adalah untuk memuliakan Tuhan bukan diri sendiri.

b. Pasti membalas.
Ini adalah jaminan dari Allah. Jika kebaikan yang kita lakukan adalah untuk memuliakan Tuhan maka Allah pasti membalasnya. Cuma harus diingat balasannya sesuai dengan maksud dan rencana Allah di dalam kedaulatannya.

Filed Under:

Shared and Contact

Bagikan renungan, artikel, cerita, kritik dan saran Anda, klik Disini atau Send Email.

Leave a Reply