Sharing: MENGGENGGAM HARAPAN
|
|
0 comments
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan buktidari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1)
Seorang pengusaha di Chicago, Amerika Serikat, suatu hari mengalami
musibah luar biasa. Gedung tempat usahanya terbakar. Rata dengan tanah! Keesokan paginya, pengusaha yang dikenal selalu optimis ini datang ke lokasi kebakaran.
Ia menatap puing-puing bekas kebakaran tersebut. Bukannya bersedih hati, ia malah meletakkan sebuah meja di tengah-tengah reruntuhan itu. Di atas meja, ia menulis sesuatu, "Semuanya lenyap kecuali istri, anak, dan harapan. Bisnis akan
berjalan seperti sediakala mulai besok pagi!" ia pun membangun kembali usahanya.
Setiap kali teringat kisah ini, saya selalu teringat dengan berbagai
tragedi kehidupan yang mengakibatkan orang mulai kehilangan harapan.
Marshal Foch pernah berkata, "There are no hopeless situations;
there are only men who have grown hopeless about them." Ya, tidak
ada yang namanya situasi tanpa harapan; yang ada adalah orang-orang yang menjadi tidak berpengharapan alias putus asa akibat situasi.
Misalnya, baru-baru ini saya melihat sebuah tayangan berita kriminal
tentang seorang ibu yang bunuh diri setelah kehilangan mobil kesayangannya. Benar-benar sebuah tragedi kehidupan!
Saya pernah membaca sebuah penelitian yang mengatakan bahwa
seseorang dapat bertahan hidup selama empat puluh hari tanpa makan,
empat hari tanpa minum, empat menit tanpa udara namun hanya empat
detik tanpa harapan. Begitu orang kehilangan harapan, ia cenderung berpikir segalanya telah berakhir sehingga ia pun memutuskan untuk bunuh diri. Angka empat detik barangkali diambil dari lamanya waktu yang dibutuhkan untuk meloncat dari sebuah gedung tinggi sampai ke tanah.
Sebaliknya, orang yang memiliki harapan tinggi akan terus bekerja,
berusaha, dan berjuang. Harapan akan membangkitkan semangat hidup
seseorang sebab mereka memiliki sebuah keyakinan bahwa hari esok
pasti lebih baik daripada hari ini jika mereka mau terus melangkah
maju. Menurut saya, ini juga sebuah sikap iman. Ya, iman bahwa Tuhan
akan membuka jalan jika kita mau percaya dan berjuang.
Entrepreneur sukses, Richard M. DeVos sering mengingatkan, "The only
thing that stands between a man and what he wants from life is often
merely the will to try it and the faith to believe that it is
possible." Satu-satunya hal yang menghalangi seseorang untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya dalam hidup ini acapkali hanyalah
kemauan untuk berusaha serta keyakinan bahwa hal itu mungkin.
Harapan yang disertai dengan keyakinan akan menguatkan niat
seseorang untuk mencoba hal-hal baru.
Ada baiknya juga, kita belajar dari kisah seorang perempuan yang
sudah dua belas tahun menderita pendarahan yang disembuhkan oleh
Yesus seperti tertulis dalam Markus 5. "Asal kujamah saja jubah-Nya,
aku akan sembuh," kata perempuan itu di dalam hatinya. Harapan besar
itulah yang membuat perempuan ini berani berdesak-desakan dengan orang banyak demi menjamah jubah Yesus. Perempuan ini sama sekali tidak pernah kehilangan harapan akan kesembuhan dari penyakitnya meski ia telah berobat ke banyak tabib
dan keadaannya semakin memburuk. Harta yang telah dihabiskannya
untuk berobat, tidak sedikit pun mengikis harapan yang tetap membara
dalam hatinya. Dikisahkan dalam Markus bahwa perempuan ini telah
mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang
banyak itu, ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia sembuh.
Bagaimana dengan kita? Hidup memang tidak selalu mudah. Terkadang
suka menghampiri, terkadang duka yang datang bertamu. Selama kita
masih memiliki harapan, kita pasti mampu bangkit kembali. Barangkali
kita harus merenungkan kembali ucapan Rasul Paulus seperti tertulis
dalam Roma 12:12, "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam
kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" Semoga kita senantiasa mampu
menggenggam harapan dalam hati kita masing-masing.
Diedit dari sumber: Majalah BAHANA, Edisi September Judul Artikel: Menggenggam Harapan Penulis : Paulus Winarto Halaman : 15
Filed Under: Renungan
0 comments
Trackback URL | Comments RSS Feed