The Moment You Need
|
|
0 comments
Suatu kali seorang karyawan yang stress berkunjung ke seorang psikiater untuk berkonsultasi. Dia mengeluh karena pekerjaannya sehari-hari selalu membuatnya stress. Sang psikiater mendengarkan dengan cermat dan berusaha mencari-cari penyebabnya. Karirnya berhasil. Gajinya baik. Bidang kerjanya adalah sesuatu yang diminatinya. Berjam-jam berlalu, sang psikiater berusaha mencari-cari penyebabnya. Sekonyong-konyong dia melihat si klien sedang memakan snack yang ada di meja. Tiba-tiba dia bertanya, "Kalau kamu makan kue atau makanan, dan ada bagian yang enak dan tidak enak. Apakah kamu akan makan yang enak dulu atau yang tidak enak dulu."
Si klien menjawab bahwa jelas dia akan makan bagian yang enak dulu setelah itu baru menghabiskan yang tidak enak. Dengan segera sang psikiater itu menemukan bahwa demikianlah kebiasaan karyawan itu di tempat kerja. Dia akan mengerjakan bagian yang mudah dan enak dan yang disukainya dulu. Kemudian menghabiskan sisa harinya menyelesaikan pekerjaan yang tidak dia sukai dengan penuh keluh kesah dan gerutu. Dan dengan demikianlah dia mengakhiri hari-harinya dengan frustasi, karena separuh dari akhir kerjanya dilewati dengan kekesalan. Sang psikiater menyarankan agar dia mengubah pola kerjanya dan menyarankan jika ada bagian pekerjaan yang tidak disukai, diselesaikan terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, si karyawan itu dapat menikmati hari-hari kerjanya.
Sejak kita kecil, kita pun telah diajarkan disiplin ini, yaitu disiplin menunda kenyamanan. Misalkan kita dididik agar kita menyelesaikan PR lebih dahulu baru boleh bermain keluar, baru boleh menonton TV. Orang tua kita menyuruh kita membersihkan kamar dulu, baru boleh jajan keluar, dst. Ya, sejak kecil kita belajar memang ada momen tidak enak yang kita lalui, sebelum sampai ke momen yang menyenangkan.
Hmm, dalam hidup kelihatannya selalu ada momen yang enak dan tidak enak. Kenapa ya? Kenapa sih, ngga semua momen dalam hidup kita itu enak semua?
**********
Kata Pengkhotbah, untuk segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari....
Terus terang saya berharap, kalau saja isi ayat ini, hanya mengatakan bahwa ada waktu untuk lahir, menanam, menyembuhkan, membangun, tertawa dan menari. Sayang, ya hidup ngga begitu. C'est la vie...that's life.
Akan tetapi, hey...kalo kita pikir-pikir lagi kan, sebetulnya Allah itu memegang kendali kok akan semua momen-momen yang terjadi dalam hidup kita. Pengkhotbah bilang bahwa Dia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Dia memberikan kekekalan dalam hati kita. Artinya ada maksud Allah dalam tiap-tiap momen yang kita lalui. Yang namanya momen itu sementara, tapi Tuhan bilang ada suatu kekekalan yang Allah kerjakan dalam hati kita. Allah membentuk hati kita untuk kekekalan!
Ingat Daud? Kita ingat dia sebagai seorang raja yang besar. Tapi bagaimana hidupnya sebelum menjadi raja. Daud tiba-tiba "dipecat" dari statusnya jadi menantu raja dan panglima. Bahkan dia jadi buronan. Saul berusaha membunuhnya. Dia hidup berpindah-pindah lari kesana kemari. Dia harus menyembunyikan keluarganya. Satu kali dia harus berpura-pura jadi orang gila untuk menyelamatkan nyawanya. Oh, Daud yang kemarin baru dipuja-puja sebagai pahlawan perang yang mengalahkan puluhan ribu musuh, kemudian bertingkah laku seperti orang gila yang menetes-neteskan ludahnya. Satu kali dia mengalami kalah perang sampai istrinya ditawan. Katakan, apakah momen-momen ini momen yang menyenangkan?
Sengsara dan pilu.
Tapi bagaimana Daud melewati momen-momen ini? Kebanyakan mazmur-mazmurnya yang terbaik ditulisnya pada saat-saat kesukarannya. Pada saat dia dikejar-kejar musuh, pada saat dia jadi orang g ila, pada saat dia bersembunyi di padang gurun yang kering. Daud tidak melihat itu sebagai momen yang menyusahkan tetapi momen dalam hadirat Allah! He treasured every second of his moment with God. Allah membentuk dan mengubah Daud. Dan Daud mengubah keadaan. Ingat ada beberapa ratus orang yang ikut dalam perjalanan Daud. Mereka itu orang-orang yang stress, remuk hati, putus asa dan segala macam yang kacau-kacau. Tapi Daud mengubahkan mereka dan menjadikan mereka tentaranya yang perkasa. Daud mengubah momen-momen itu menjadi "better" dan bukannya "bitter".
Allah pasti punya maksud dalam segala momen yang kita lewati. Mungkin kita kesal karena kita kerja di perusahaan dan rasanya ngga ke mana-mana juga. Ngga naek-naek. Mengapa kita ngga syukuri dan nikmati momen-momen itu, Tuhan punya rencana, dan seperti yang Alkitab bilang "apa yang ngak bisa kita pikirkan dan bayangkan itu yang Tuhan sediakan buat kita". Di situ kita belajar Allah selalu siap bahkan telah menyediakan berkat bagi kita.
Mungkin kamu suka sama seseorang tapi ngga bisa-bisa juga "jadian". Mungkin Tuhan pake momen-momen itu untuk ngebentuk kamu dan memurnikan cinta dan ketulusan kamu. Mungkin kamu jalan berkali-kali ama orang tapi putus melulu, mungkin karena Tuhan ingin kamu lewati momen-momen itu untuk nyiapin kamu untuk ketemu orang yang tepat. Apapun momen itu..just cherish and treasure it. Just seize the moment. For it is the moment where God is present in it. Dan setiap momen adalah karuniaNya.
Mungkin kita ngelewatin berbagai momen-momen yang melukakan. Karena Allah ingin melatih kita agar kuat mencintai orang-orang yang terluka. Agar kita mengerti apa itu cinta yang tulus.
Emang ngga enak melewati momen-momen tertentu. Terutama momen yang rasanya ngga ada kepastian. Kalau kita kesasar, dan ngga tau jalan keluar, bahkan kita ngga tau, kapan nih kita bisa keluar. Tapi, toh Daud juga ngga tau pasti kapan dia harus menyelesaikan masa-masa pelariannya. But still he cherished the moments. Just like us. Just cherish the moment. Maybe it is the moment that we need. Pada akhirnya ada satu kepastian, yaitu bahwa Allah menciptakan setiap momen indah pada waktunya. Saatnya nanti kita lihat, bahwa apa yang bahkan kita ngga berani dan sanggup bayangkan, ternyata itu yang Tuhan sediakan untuk kita.
www.5roti2ikan.net
Filed Under: Renungan
0 comments
Trackback URL | Comments RSS Feed