• Bapa Gereja

  • Keluarga

  • Khotbah

  • Renungan

  • Cerita SM

  • Perpustakaan

  • Artikel

TV, GAME, DAN ANAK

Dulu ketika saya masih kecil, saya sering bermain permainan tradisional yang sering dimainkan bersama teman-teman. Permainan ini menggunakan peralatan sederhana yang ada di sekitar, dilakukan bersama-sama dengan teman-teman saya di suatu tempat yang luas, dan tak jarang permainan itu membutuhkan banyak energi agar lebih ramai lagi. Kini, permainan tradisional itu sudah jarang ditemui lagi. Kecanggihan teknologi telah menghadirkan berbagai macam permainan dan hiburan yang bisa dimainkan di dalam rumah, hanya dengan memerhatikan gambar yang muncul di layar kaca dan menekan tombol-tombol yang ada. Ya, video games dan tv telah menggeser keberadaan permainan tradisional. Karena permainan ini bisa dilakukan di dalam rumah, maka tak jarang orang tua pun rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit demi menyediakan video games dan tv bagi anak-anak mereka. Dengan bermain di rumah, orang tua tidak perlu bersusah payah mengawasi anak-anak mereka. Dan dengan demikian, mereka bisa tetap melakukan pekerjaan rumah atau tetap bekerja di luar rumah tanpa perlu merasa kuatir anak berkeliaran di luar rumah. Boleh dikata, orang tua menganggap video games dan tv dapat meringankan sedikit beban mereka dalam mengasuh dan mengawasi anak-anak mereka. Benarkah demikian? Pernahkah terpikir dampaknya bagi anak-anak? Benarkah video games dan tv adalah permainan yang ideal bagi anak-anak? Mari kita lihat lebih jauh dampak video games ini kepada anak-anak.

Dampak Buruk Video Game
Perhatikan apa yang dikatakan oleh Daniel Goleman: "Media seperti video game dan digital game justru bermuatan makna-makna agresivitas yang hanya menciptakan kecerdasan destruktif, bukan kecerdasan emosional." Perasaan empati justru lenyap di dalam dunia game yang cenderung mengutamakan kecepatan, rasionalitas, dan ketepatan. Jadi, permainan-permainan ini akan memengaruhi anak-anak kita karena tidak bersifat konstruktif, tetapi destruktif. Perasaan empati akan hilang dari hatinya. Jika mereka terbiasa memainkan permainan yang menonjolkan unsur kekerasan, maka mereka akan menganggap kekerasan itu seperti menganiaya, memukul, menembak, atau membunuh adalah hal yang biasa. Dalam dunia permainan elektronik tersebut, tercipta suatu "virtual reality". Seorang anak akan bisa menciptakan dunianya sendiri di dalam komputer. Dampaknya, anak menjadi asosial, artinya jarang mau bergaul dengan teman-temannya dan lebih suka menyendiri karena sudah terbiasa bermain dengan komputer dan dipuaskan olehnya. Hal ini juga dapat berdampak pada prestasi belajar anak karena berkurangnya waktu untuk belajar dan terkurasnya konsentrasi untuk bermain game. Akan berkurang pula komunikasi dengan keluarga karena anak akan lebih senang berkomunikasi dengan permainannya daripada dengan orang tua.
Salah satu majalah game pernah mengulas "Playboy The Mansion", yaitu sebuah game tentang bagaimana mendirikan sebuah "kerajaan Playboy". Dalam game ini, ada model-model yang bisa diajak bicara, dari yang formal sampai yang intim, bahkan sampai melakukan hubungan seksual. Kita bisa bayangkan kalau anak kita bermain game seperti itu, dia akan memposisikan dirinya sebagai pemilik "kerajaan Playboy", lalu mengatur model-modelnya, bisnisnya, bahkan dia bisa melakukan hubungan seksual dengan mereka. Ini adalah hal yang sangat berbahaya sekali. Ada satu tayangan dari MTV, sebuah film kartun yang banyak ditonton anak-anak. Sebuah film kartun yang sangat sederhana, menayangkan dua tokoh kartun yang bermain api, dan ketika terbakar mereka mengatakan, "It`s cool!" Di Amerika ada anak-anak yang meniru adegan tersebut, dan akhirnya ada yang rumahnya terbakar serta menewaskan anak yang masih kecil. Anak-anak meniru begitu saja apa yang mereka lihat di TV. Sebagai orang tua, kita perlu ketegasan untuk melarang mereka menyaksikan tontonan yang merusak dan tidak mendidik, bahkan membahayakan. Pengaruh video game bukan saja membuat anak menjadi kecanduan, tapi kesehatannya pun dapat terganggu, khususnya pada syaraf otaknya. Contohnya, apabila kita bermain game 3D yang gambar animasinya bisa berputar dan bergerak cepat, ini sangat berpengaruh terhadap fokus dan pergerakan mata serta syaraf otak. Beberapa kali saya pernah mencoba beberapa permainan seperti itu, baru tiga menit sudah pusing. Di Jepang ada yang sampai pingsan dan masuk rumah sakit, di Korea bahkan ada yang tewas. Belum lagi dari pengaruh radiasi monitor komputer. Kalau anak-anak terfokus pada game, maka waktu belajar mereka akan tersita, nilai moral mereka terpengaruhi, pergaulan dan prestasi di sekolah juga terpengaruh, serta pemborosan pemakaian uang untuk hal yang tidak berguna.

Dampak Positif Game
Tidak semua permainan itu membawa dampak yang buruk, ada juga permainan yang tidak menonjolkan kekerasan, seperti permainan untuk mengelola kebun binatang yang dilengkapi dengan ensiklopedia binatang. Atau permainan yang membangun karakter anak, seperti salah satu permainan yang dimainkan secara interaktif, misalnya kalau ada kebakaran, apa yang harus ia lakukan. Permainan tersebut menuntun pemain untuk pergi ke telepon umum lalu menelepon pemadam kebakaran. Setelah selesai dipadamkan, petugas memberikan penghargaan kepada penelepon.
Sekalipun ada permainan yang baik untuk membangun karakter, namun perlu diperhatikan bahwa game akan menarik anak-anak untuk berlama-lama di depan komputer, ini tentu tidak sehat. Kita harus membatasi waktu bermain anak. Alternatif permainan yang baik bisa kita berikan. Karena itu, orang tua perlu usaha untuk "berburu" dan memilih permainan yang baik, sebab persentasenya sangat sedikit.

Penyebab kecanduan
Kalau kita berbicara mengenai konseling bagi anak yang kecanduan, sebetulnya bukan dimulai dari si anak yang kecanduan, akan tetapi mulai dari keluarga. Kalau keluarga atau orang tua tidak beres, maka anak akan keluar untuk mencari hal-hal yang memberi perhatian padanya. Anak bisa terlibat pergaulan yang buruk, narkoba, termasuk menyenangkan diri dengan bermain game berjam-jam lamanya di warnet.

Pernah diadakan angket di kelompok tunas remaja di tempat pelayanan. Ada sepuluh jawaban teratas dari pertanyaan, "Apakah yang kamu inginkan dari orang tuamu? Dua jawaban tertinggi adalah:

1. Bisa untuk tempat curhat. Ini terjadi karena mereka mengalami stres dengan tugas-tugas di sekolah. Apalagi sekarang ini banyak sekolah yang terlalu membebani anak dengan pelajaran yang padat.
2. Bisa lebih sering ngobrol, berkomunikasi dengan orang tua. Bayangkan, salah satu anak mengatakan bahwa dia bicara dengan ayahnya hanya pada saat diantar ke sekolah, bicara di dalam mobil. "Kalau ayah pulang, saya sudah tidur." Inilah masalah konteks perkotaan masa kini. Kalau kita tidak menyediakan waktu untuk anak-anak, maka mereka akan lari pada hal lain. Seberapa hebat terapi konseling yang diberikan tidak akan begitu besar berpengaruh. Kita harus mulai dari dalam keluarga kita. Jika kita tidak memulai komunikasi yang baik dalam keluarga dengan segenap waktu, tenaga, dan kasih, bahkan uang untuk hal-hal yang baik, maka semua itu akan diambil alih oleh media audio-visual. Apa yang masuk (media) itu juga yang akan keluar. Kita sedang berlomba dengan media. Kalau saya tanya, berapa skor antara
keluarga dan media dalam berkomunikasi dengan anak-anak? Mungkin
kita kalah telak.
Perlu kita ingat bahwa ada lima hal besar yang tidak bisa dilakukan oleh media terhadap anak-anak kita.
1. Media tidak dapat menyebut nama, tidak memunyai perhatian secara pribadi. Anak kita adalah satu pribadi yang unik, kita bisa memanggil namanya, memerhatikan dia, menatap matanya, dan berkomunikasi secara pribadi dengan dia.
2. Media tidak dapat memangku anak kita.
3. Media tidak bisa memeluk anak kita, tidak bisa membacakan buku cerita sebelum tidur.
4. Media tidak pernah mendengarkan anak kita. Kita diberikan anugerah untuk bisa mendengarkan curhat anak kita.
5. Media tidak bisa menaikkan anak ke tempat tidur lalu mengajaknya berdoa.

Tips bagi orang tua
Secara Rohani
Kembali lagi ke firman Tuhan, bahwa firman Tuhan mengajarkan untuk membicarakan Firman Tuhan berulang-ulang ketika kita duduk, dalam perjalanan, berbaring, dan pada saat bangun. Ini adalah hal penting dalam keluarga. Kita harus melihat kesempatan untuk menyampaikan Firman Tuhan dengan anak, jangan sampai kehilangan momen ini. Jika kita tidak menggunakan kesempatan untuk mengomunikasikan nilai-nilai penting rohani untuk ditanamkan kepada anak-anak kita, maka kesempatan itu akan diambil oleh media. Lalu kita akan mengalami kesukaran besar dalam mengajar anak. Anak akan memiliki sikap pemberontak karena terpengaruh permainan tersebut, mungkin di depan kita ia kelihatan sangat baik, tetapi di luar, ia akan melakukan hal-hal yang kita larang. Karena itulah kita perlu membangun komunikasi yang baik dalam keluarga.

Secara Praktis
1. Berikan teladan.
Sikap orangtua akan ditiru anak. Sebaiknya orangtua lebih dulu menentukan batasan bagi dirinya sendiri dulu sebelum membuat batasan bagi anaknya. Misalnya, orangtua hanya menonton TV pada saat merasa lelah atau bosan pada kegiatan lain. Dengan begitu, Anda tidak menjadikan menonton TV sebagai menu utama setiap hari. Jangan hidupkan TV sepanjang waktu. Matikan TV ketika sedang makan, berdoa bersama, bercengkerama, atau belajar.
2. Hindari memanfaatkan TV sebagai babysitter.
Di tengah kesibukan kerja, para orangtua lebih merasa aman dan tenang jika anak duduk manis di depan pesawat TV ketimbang main di luar. Tingginya angka kejahatan dan semrawutnya lalu lintas sudah membuat orangtua mengkhawatirkan keselamatan putra- putrinya. Untuk mengalihkan menonton TV, berikanlah aktivitas positif bagi anak seperti ikut kursus, olahraga, berkebun, mewarnai, memancing, membantu memasak, dan sebagainya.
3. Buat jadwal.
Ajak anak bersama-sama membuat jadwal kegiatan anak pulang sekolah. Yang penting beri porsi tidak lebih dari dua jam untuk menonton TV.

4. Letakkan pesawat TV di tempat terbuka.
Dengan begitu Anda bisa memantau acara apa yang sedang ditonton anak. Namun begitu, usahakan juga letak pesawat TV tidak menjadikannya sebagai pusat aktivitas keluarga. Jangan menempatkan TV di kamar anak (kalau radio boleh).
5. Pakailah TV untuk mendidik.
Ada beberapa acara TV yang bagus ditonton bersama seperti program dokumentasi, edutainment (tayangan edukatif yang menghibur seperti discovery), kuis, olahraga, konser musik klasik, talk show, (lihat dahulu "Acara TV" yang layak ditonton -- biasanya terdapat di koran).
6. Diskusikan adegan anti sosial di TV.
Ajaklah anak membahas: Apakah kata-kata kasar yang diucapkan patut ditiru? Apakah perilaku kekerasan itu layak dicontoh? Apakah setiap masalah harus diselesaikan dengan berkelahi? Diskusikan dan bandingkan nilai-nilai yang ada dalam TV dengan nilai kristiani.
7. Terangkan antara fakta dan fiksi.
Anak masih kesulitan membedakan antara fiksi dan fakta. Tokoh drakula yang Anda anggap biasa saja, bisa membuat anak ketakutan dan susah tidur. Terangkan proses pembuatan film/sinetron laga dan misteri, termasuk trik-trik pembuatannya. Apakah darah yang muncrat itu sungguhan? Mengapa jagoannya bisa terbang? Jelaskan bahwa untuk adegan yang berbahaya dilakukan pemeran pengganti yang terlatih. Ada teknik tertentu untuk memuat pemainnya bisa mengecil, menghilang dan menembus tembok. Jelaskan juga tali (sling) yang dipakai untuk membuat pemainnya bisa melayang.
8. Diskusikan tayangan iklan.
Mengapa ada iklan di TV? Apa tujuan iklan? Mengapa iklan selalu tampak menarik? Apakah iklan pernah menunjukkan kekurangan barang yang diiklankan? Apakah iklan yang bagus berarti barang yang diiklankan pasti bagus? Tunjukkan barang-barang yang paling sering diiklankan di TV. Ajak anak membandingkan: lebih bagus mana penampilan sebenarnya dengan yang di TV?
9. Rumuskan bersama aturan menonton TV.
Aturan ini berlaku untuk semua anggota keluarga, juga pembantu, babysitter, famili, teman, tamu atau tetangga yang nebeng menonton.
10. Tolaklah semua media yang mengandung kekerasan.
Bukan hanya TV, PlayStation pun mengandung banyak adegan kekerasan. Buatlah kesepakatan bahwa tidak ada tempat dalam keluarga bagi media yang mengandung kekerasan. Entah itu berupa TV, VCD/CD, PlayStation, Video Games, radio, kaset atau bacaan.

Filed Under:

Shared and Contact

Bagikan renungan, artikel, cerita, kritik dan saran Anda, klik Disini atau Send Email.

1 comment

Trackback URL | Comments RSS Feed

  1. Anonymous says:

    Kurang ngerti jg sih tentang BLOG..
    Tp kl dilihat dr judul kan sepertinya berkaitan tentang komisi pemuda GLORIA GKKA Banjarmasin,tp kok isinya cuman semacam ceramah2 aja..?
    Alangkah lebih baiknya kl ada berbagai apasih bahasanya,kl di forum,ada subforum,kl di blog mungkin subblog yg isinya macem2 hehehe..contoh,bisa dari kegiatan pemuda,rencana pemuda,data diri pemuda,foto2 pemuda dll,jd bukan sekedar cuma semacam khotbah doank,supaya blognya jd lebih menarik..

     

Leave a Reply