Aliran Injili (Evangelical)
|
|
0 comments
PendahuluanDiantara sekitar 275 organisasi gereja Protestan di Indonesia ditambah 400-an Yayasan paling kurang setengah mengaku sebagai gereja atau yayasan yang Injili. Bila kita melihat kodrat atau sifat dasar gereja memang tidak bisa tidak setiap gerja harus bersifat Injili, dalam arti keberadaannya berdasarkan pada Injil (kabar baik) yang diproklamasikan Tuhan Yesus Kristus, dan tugas utamanya adalah memberitakan Injil Kristus itu. Luther dan pengikutnya menyebut gereja-gereja produk reformasi yang terbentuk dengan tidak sengaja karena dikeluarkan dari Gereja Katoloik Roma dengan julukan protestan dengan nama Evangelische Kirche (Gereja Injili)
Kehadirannya di Indonesia
Sejak 1950-an, langsung dari Amerika ataupun melalui Eropa (terutama Jerman dan Belanda), gerakan Injili (Evangelical) dalam arti yang terakhir, mulai masuk ke Indonesia). Salah satu tonggak yang menandai kehadiran gerakan ini di Indonesia adalah Yayasan Persekutuan Pekabarn Injil di Indonesia yang didirikan pada tahun 1961 menyusul Institut Injil Indonesia yang didirikan di Batu Malang pada tahun 1959 dengan dukungan gerakan dan persekutuan Injili dari Jerman. Salah satu tonggak lain yang juga patutr disebut adalah seminari Alkitab Asia Tengara (SAAT). Semula gerakan Injili ini tidak bermaksud mendirikan organisasi gereja yang baru di Indonesia melainkan hendak membawa gereja-gereja yang ada pada pembaharuan, ataupun kembali kepada ajaran yang benar yaitu Injili. Hal ini dikarenakan ada kecurigaan yang kuat bahwa sebagian besar gereja-gereja di Indonesia sudah dirasuki semangat atau aliran liberal. Sejak saat itu terjadi ketegangan antara gereja-gereja Injili dengan gereja-gereja arus utama yang tergabung dalam DGI ataupun PGI. Belakangan dibentuk sebuah wadah perhimpunan gereja-gereja Injili yaitu Persekutuan Injili Indonesia.
Beberapa Pokok Keyakinan dan Ajarannya
Untuk mewakili atau sekedar memberi gambaran tentang keyakinan dan ajaran gerakan ini, kita akan melihat salah satu dokumen yang diklaim sebagai keyakinan dan ajaran gerakan ini yaitu pernyataan Iman Seminari Fuller yang terdiri dari 10 butir:
1. [Allah yang kita sembah] Allah telah mewahyukan diri-Nya sebagai Allah yang hidup dan benar, sempuma di dalam kasih dan benar dalam semua jalan¬Nya; esa dalam hakikat, berada secara kekal di dalam tiga pribadi Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus.
2. [Allah yang kita seru Juruselamat] Allah, yang menyingkapkan diri-Nya kepada umat manusia melalui ciptaan-Nya, dalam rangka menyelamatkan te¬lah berfirman dalam bentuk kata-kata maupun peristiwa-peristiwa sejarah yang bermakna penebusan.
3. [Kitab Suci yang kita taati] Kitab Suci adalah bagian hakiki dan rekaman yang patut dipercaya tentang penyingkapan-diri yang ilahi ini. Semua kitab di dalam, Perjanjian Lama dan Baru, yang diberikan oleh pengilhaman ilahi, ada¬lah firman Allah yang tertulis, satu-satunya aturan yang mutlak bagi iman dan kelakuan. Kitab-kitab itu harus ditafsirkan sesuai dengan konteks dan mak¬sudnya, dan di dalam ketaatan yang penuh hormat kepada Tuhan yang berbicara melaluinya di dalam kuasa yang hidup.
4. [Manusia yang menjadi alamat iman] Allah, oleh firman-Nya dan bagi ke¬muliaan-Nya, secara bebas menciptakan dunia dari yang tiada. Ia membuat ma¬nusia menurut citra-Nya, sebagai mahkota ciptaan, agar manusia boleh memi¬liki persekutuan dengan Dia. Dicobai oleh Iblis, manusia memberontak terha¬dap Allah. Diasingkan dari Pembuat-Nya, namun bertanggung jawab kepada¬Nya, ia harus terkena murka ilahi, bejat secara batiniah dan – terpisah dari kasih karunia – tak mampu kembali kepada Allah.
5. [Kristus yang kita percayai] Perantara satu-satunya antara Allah dan ma¬nusia adalah Kristus Yesus Tuhan kita, Putera Allah yang kekal, yang – dikan¬dung dari Roh Kudus dan lahir dari Perawan Maria – sepenuhnya ambil bagian dan memenuhi kemanusiaan kita di dalam hidup yang taat sempurna. Di dalam kematian-Nya sebagai ganti kita, Ia mengungkapkan kasih ilahi dan mene¬gakkan keadilan ilahi, menghapus kesalahan kita dan memperdamaikan kita kepada Allah. Setelah menebus kita dari dosa, pada hari ketiga Ia bangkit seca¬ra jasmani dari kubur, menang atas maut dan kuasa-kuasa kegelapan. Ia naik ke sorga, di sebelah kanan Allah, di mana ia menjadi Jurusyafaat bagi umat¬Nya dan memerintah sebagai Tuhan atas semuanya.
6. [Roh yang bekerja di dalam kita] Roh Kudus, melalui proklamasi Injil, membarui hati kita, membujuk kita agar bertobat dari dosa-dosa kita dan mengaku Yesus sebagai Tuhan. Oleh Roh yang sama kita dipimpin untuk per¬caya pada belas-kasihan ilahi, yang olehnya kita diampuni dari semua dosa kita, dibenarkan oleh iman semata melalui jasa Kristus Juruselamat kita, dan terjamin mendapat anugerah cuma-cuma berupa kehidupan kekal.
7. [Kehidupan yang harus kita hidupi] Allah dengan penuh kasih-karunia mengangkat kita ke dalam keluarga-Nya dan memampukan kita memanggil Dia Bapa. Karena kita dipimpin oleh Roh Kudus, kita bertumbuh di dalam pengetahuan akan Tuhan, secara bebas memelihara perintah-perintah-Nya dan berupaya memberlakukannya dalam hidup kita di dunia ini, agar orang-orang melihat perbuatan baik kita dan memuliakan Bapa kita yang ada di sorga.
8. [Gereja di mana kita kita terhisab] Allah, yang oleh firman dan Roh-Nya menciptakan satu gereja yang kudus, am dan rasuli, memanggil orang-orang berdosa dari segala bangsa ke dalam persekutuan tubuh Kristus. Dengan Firman dan Roh yang sama Ia menuntun dan memelihara sampai pada kekekalan, di mana kemanusiaan baru yang sudah ditebus, yang – kendati terbentuk di dalam setiap budaya – secara rohani adalah satu dengan umat Allah di segala zaman.
9. [Gereja yang di dalamnya kita melayani] Gereja diundang oleh Kristus untuk mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada Allah dan melayani Dia dengan memberitakan Injil dan menjadikan segala bangsa murid-Nya, dengan menggembalakan kawanan domba itu melalui pelayanan Firman dan Sakramen Berta perawatan pastoral sehari-hari, dengan memperjuangkan keadilan sosial dan menyembuhkan duke dan derita manusia.
10. [Pengharapan di masa depan] Rencana-penebusan Allah akan digenap¬kan oleh kedatangan-kembali Kristus membangkitkan orang mati, menghakimi semua orang sesuai dengan perbuatannya, dan menegakkan Kerajaan-Nya yang mulia. Orang-orang jahat akan dipisahkan dari hadapan Allah, tetapi yang benar, di dalam tubuh yang mulia, akan hidup dan memerintah bersama Dia selama-lamanya. Maka terpenuhilah apa yang sangat dirindukan oleh seluruh ciptaan dan seluruh bumi akan mempermaklumkan kemuliaan Allah yang menjadikan segalanya baru.
Membaca rumusan ini kita bisa dengan segera mendapat kesan bahwa pada umumnya tidak ada perbedaan prinsipil antara keyakin¬an yang dimiliki dan diajarkan gerakan Injili dengan yang dianut oleh gereja-gereja arus utama. Memang begitulah halnya, dan justru karena itulah gerakan Injili bisa masuk dan merembes ke mana-ma¬na karena tak ada satu gereja pun yang bisa berkata bahwa apa yang diyakini dan diajarkan gerakan ini berbeda dari gereja yang berpe¬gang pada Alkitab dan ajaran para reformator (yang biasa disebut 'ajaran yang ortodoks', atau 'ortodoksi'). Yang sering berbeda adalah gaya penyampaiannya, ataupun penekanan dan penafsiran atas bebe¬rapa pokok, misalnya tentang kemutlakan Alkitab, tentang arti kese¬lamatan (apakah hanya jiwa atau seluruh keberadaan manusia, apa¬kah baru terwujud nanti di sorga atau sudah mulai terwujud di dunia ini, apakah bersifat pribadi atau kolektif dan mencakup seluruh cipta¬an), tentang makna dan tujuan penginjilan (apakah sama dengan mengkristenkan dan menumbuhkan gereja, atau memberlakukan da¬mai sejahtera yang dari Allah dalam setiap bidang kehidupan) dan sebagainya.
Perbedaan-perbedaan ini tentu bisa dipertajam bila masing-ma¬sing pihak menganggap penafsirannya yang paling benar seraya me¬nyerang dan mempersalahkan penafsiran pihak lain. Ini misalnya kita lihat dalam pertentangan antara kubu Ekumenikal (Oikume¬nikal) yang antara lain diwakili oleh WCC/DGD, LWF dan WARC ver¬sus kubu Injili yang antara lain diwakili oleh NAE, WEF dan LCWE, yang berkobar terutama sejak akhir 1960-an, kendati sejak 1980-an ada upaya memperdamaikannya. Khusus di Indonesia, cukup banyak yang berpendapat bahwa perbedaan-perbedaan itu tidak begitu tampak, atau minimal: tidak perlu dipertajam, sebab gereja-gereja yang tergabung dalam PGI [mi¬nimal sebagian besar] juga mengaku Injili, sedangkan yang berlabel Injili (dan berhimpun dalam PII) juga mengaku berjiwa oikumenis.
Filed Under: Artikel
0 comments
Trackback URL | Comments RSS Feed